Jatuh Cinta Pada Jogja

Wisata Jogja, Jatuh Cinta Pada Jogja, Tempat Wisata di Jogja

Terlanjur Jatuh Cinta Pada Jogja, photo by Perjalananday

Ketika masih duduk di bangku SMA, saya selalu bermimpi untuk tinggal di Jogja. Meskipun saya hanya melihat kota ini dari televisi di rumah, tetapi saya merasa terpesona dengan keindahan kota dan alamnya.

Di layar televisi polytron gendut yang jadul, saya menyaksikan kehangatan dan keramahan orang-orang di Jogja, serta keunikan dan keberagaman budayanya.

Setiap kali saya menonton acara televisi yang menampilkan Jogja, saya selalu membayangkan diri saya berjalan-jalan di sekitar Malioboro, mengunjungi Candi Borobudur, menikmati kuliner khas seperti gudeg atau nasi kucing. Entah mengapa saya merasa seperti terhubung dengan kota ini dan ingin mengalami semuanya secara langsung.

Saya bahkan berusaha mencari informasi tentang kampus-kampus di Jogja, berharap bisa melanjutkan pendidikan di sana dan merasakan hidup di kota yang saya impikan.

Tentu saja, saya menyadari bahwa impian saya untuk tinggal di Jogja tidaklah mudah. Saya harus bersaing dengan para calon peserta yang akan ikut tes masuk perguruan tinggi di Jogja.

Tapi apapun itu akan saya hadapi. Meskipun harus belajar keras bahkan ikut les tambahan. Rasanya apa saja akan saya lakukan asalkan bisa tinggal di Jogja. Setiap mendengar kata Jogja hati saya selalu bergetar seperti sedang jatuh cinta.

Walaupun akhirnya saya tidak jadi mendaftar di universitas manapun di Jogja. Sebab ibu saya melarang, kerena ia tidak punya biaya untuk menguliahkan anaknya di Jogja. Cukuplah cari kampus-kampus yang murah di Jambi. Bila perlu cari kampus yang jaraknya tidak jauh dari rumah supaya tidak perlu membayar kos. Itu nasihat ibu saya.

Hari demi hari berlalu, dan akhirnya saya berhasil melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Jambi. Mimpi kuliah di Jogja sirna begitu saja. Mau di kata apa, dibesarkan oleh seorang single parent yang ditinggal pergi suaminya, membuat saya tidak punya pilihan selain menuruti titah sang ibunda. 

Saat kuliah, tahun 2016. Saya senang sekali bisa ikut study tour ke tiga kota sekaligus. Jakarta-Bandung-Jogja. Saya bahagia bukan main. Akhirnya saya memijakan kaki di tanah Jogja, berkat uang tabungan yang saya kumpulkan dari hasil kerja part time di Petshop.

Sudah lama saya mengintai program studi tour ini, kegiatan tersebut adalah agenda mahasiwsa jurusan ilmu pemerintahan semester 6. Hanya saya sendiri dari semester 4 yang ikut bergabung bersama mereka. Saking ngebetnya ke Jogja.

Meski menempuh perjalanan darat 20 jam dari Jambi ke Jakarta sama sekali tidak terasa lelahnya. Setelah kegiatan mengunjungi tempat-tempat wisata di Jakarta dan Bandung selesai, bus kembali melanjutkan perjalanan Bandung – Jogja.

Perjalanan dari Bandung ke Jogja sekitar 10-15 jam. Dari awal bus memasuki Kawasan Jogja sampai bus meninggalkan Kota Jogja, rasanya saya tidak pernah tertidur sedetikpun selama di perjalanan. Mata saya selalu menyala nonstop. Bibir saya sampai kering akibat terlalu sering mangap setiap melihat hamparan sawah dan tempat-tempat indah di sepanjang jalan di kota pelajar itu.

Saat tiba di kota di Jogja. Saya mengikuti acara studi banding ke kampus Universitias Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Lanjut ke Malioboro dan Pasar Bringharjo. Disaat teman-teman dan para dosen sibuk belanja, saya sibuk berjalan-jalan sendiri di Malioboro menikmati suasana kota Jogja. Melakukan reka adegan seperti yang ada di khayalan saya dulu yang akhirnya kesampaian juga.

Keesokan harinya rute kita adalah ke Pantai Parangtritis. Momen inilah yang sangat saya tunggu-tunggu. Maklum selama hidup saya tidak pernah di ajak ke pantai oleh orang tua atau siapapun. Saya tersenyum-senyum sendiri memandang laut yang luas, saking senangnya tubuh saya refleks berjoget kegirangan saat tidak ada orang disekitar. Katrok minta ampun! Seperti si buta dari gua hantu ketika pertama kali melihat kota.

Pengalaman pertama kali ke Jogja itu tidak pernah saya lupakan. Saya merasa sangat beruntung bisa merasakan keindahan dan pesona Jogja secara langsung, serta bertemu dengan orang-orang yang sangat ramah.

Akhir tahun 2022, setelah satu bulan menikah. Suatu malam, suami saya bertanya “kamu ingin kita tinggal dimana?”
“Jogja!”
Tentu saja satu-satunya jawaban yang ada di kepala saya adalah Jogja. Saya menceritakan kepada suami tentang impian dan perjuangan saya dulu demi memijakan kaki ke Kota Jogja.

Saya menceritakannya dengan sangat antusias dan detil sekali, seperti sedang menerangkan hasil penelitian kepada penguji tesis. Mata suami saya sampai berkaca-kaca. Entah apa yang ada dipikirannya. Apakah dia terharu atau malah malu melihat kelakuan norak isterinya.

Belum selesai saya menceritakan semuanya suami saya memotong.
“Besok kita berangkat!”
“Hah?”

Tanpa berpikir atau bertanya apakah dia bercanda. Tanpa basa-basi dan membuang waktu lagi, malam itu juga saya mengemaskan semua barang.

Tak terasa sudah hampir enam bulan saya berada di Jogja. Saat berjalan-jalan di sekitar Kota Jogja bersama suami, saya merasa sangat beruntung dan bahagia. Impian saya untuk tinggal di kota ini akhirnya terwujud.  
LihatTutupKomentar